JAKARTA - Meskipun industri perbankan menghadapi tekanan dari melambatnya pertumbuhan kredit investasi, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) justru tetap menunjukkan optimisme tinggi terhadap prospek pembiayaan investasi hingga akhir tahun ini. Optimisme tersebut muncul seiring kinerja perusahaan yang dinilai masih sesuai jalur, serta didukung oleh kebijakan makroekonomi yang berpihak pada pertumbuhan sektor keuangan.
Data terbaru yang dipaparkan dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia menyebutkan bahwa pertumbuhan kredit investasi per Juni mengalami penurunan menjadi 12,53% secara tahunan (YoY), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 13,74% YoY. Angka ini menunjukkan bahwa geliat investasi secara nasional tengah menghadapi perlambatan, sesuatu yang biasanya menjadi pertanda kehati-hatian pelaku usaha dalam melakukan ekspansi.
Namun demikian, BSI menilai bahwa kondisi tersebut tidak serta-merta berdampak negatif terhadap performa pembiayaan investasi mereka. Perusahaan tetap menunjukkan tren positif dan menjaga kualitas pembiayaan dengan strategi yang terarah. Wakil Direktur Utama BSI, Bob Tyasika Ananta, menyampaikan bahwa sampai pertengahan tahun ini, kinerja BSI, termasuk pembiayaan investasi, masih sejalan dengan target yang telah ditetapkan.
“Secara keseluruhan kinerja BSI hingga Juni 2025 masih on track, sesuai dengan rencana dan target bisnis perseroan, baik untuk penghimpunan DPK maupun penyaluran pembiayaan, termasuk pembiayaan investasi,” ujar Bob.
Kondisi perlambatan yang terjadi pada level industri tidak menyurutkan pandangan BSI terhadap potensi pembiayaan di semester kedua. Justru, Bob melihat adanya peluang pertumbuhan di paruh kedua tahun ini, terutama dengan dukungan kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif. Pemerintah dan otoritas keuangan terus mendorong percepatan pemulihan ekonomi melalui berbagai instrumen kebijakan, termasuk penguatan sektor pembiayaan.
Salah satu kebijakan yang diharapkan berdampak positif adalah pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia. Baru-baru ini, BI memangkas suku bunga acuan BI-Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,25%. Langkah ini dinilai akan memperbesar ruang likuiditas perbankan dan memperkuat dorongan kepada dunia usaha untuk kembali meningkatkan investasinya.
Dengan pemangkasan suku bunga tersebut, beban bunga bagi debitur menjadi lebih ringan, sehingga diharapkan mampu meningkatkan minat terhadap pembiayaan investasi. Ini menjadi salah satu katalis yang diperhitungkan oleh BSI dalam menyusun strategi penyaluran pembiayaan semester II.
“Penyaluran pembiayaan investasi masih bertumbuh positif dengan kualitas yang terjaga. BSI juga optimistis kondisi tersebut akan berlanjut pada semester II-2025,” tambah Bob.
Optimisme BSI juga tidak terlepas dari karakteristik nasabah dan segmen pembiayaan yang dikelola perusahaan. Fokus pada pembiayaan syariah membuat BSI lebih terarah dalam menyasar sektor-sektor produktif yang relatif lebih stabil di tengah ketidakpastian ekonomi global. Dengan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang disiplin, BSI menjaga kualitas aset dan portofolio pembiayaan agar tetap sehat.
Penyaluran kredit investasi sendiri merupakan bagian penting dalam struktur pembiayaan bank. Kredit jenis ini digunakan untuk membiayai kebutuhan investasi jangka menengah hingga panjang seperti pembelian mesin, pengembangan infrastruktur, pembangunan pabrik, dan ekspansi usaha lainnya. Penurunan dalam penyaluran kredit investasi sering kali mencerminkan sikap pelaku usaha yang lebih hati-hati terhadap prospek bisnis ke depan.
Namun, dalam konteks BSI, arah pembiayaan masih memperlihatkan pertumbuhan yang stabil. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor yang menjadi fokus pembiayaan bank syariah ini relatif tidak terlalu terpengaruh oleh tekanan jangka pendek.
Langkah BSI yang terus menyalurkan pembiayaan secara selektif dan menjaga kualitas kredit menjadi kunci utama dalam mempertahankan kinerja positif. Selain itu, peningkatan daya beli masyarakat dan membaiknya iklim usaha di dalam negeri menjadi faktor pendukung eksternal yang turut memengaruhi prospek pembiayaan.
Di sisi lain, strategi BSI tidak hanya berhenti pada mempertahankan performa pembiayaan investasi, melainkan juga diarahkan untuk meningkatkan inklusi keuangan, memperluas akses pembiayaan kepada segmen-segmen produktif, serta memperkuat literasi keuangan berbasis syariah. Tujuan ini sejalan dengan misi BSI dalam mengembangkan ekonomi umat dan memberdayakan sektor riil melalui sistem keuangan syariah yang inklusif dan berkelanjutan.
Dukungan ekosistem yang kondusif dari pemerintah dan regulator juga menjadi pendorong utama bagi kelanjutan pertumbuhan pembiayaan investasi. Berbagai kebijakan insentif fiskal, kemudahan izin usaha, serta dorongan pada sektor infrastruktur dan industri strategis diyakini akan membawa dampak positif bagi sektor pembiayaan di semester kedua.
Dengan semua faktor tersebut, BSI tetap berada pada posisi strategis untuk mempertahankan momentum positif pembiayaan investasi di tengah dinamika ekonomi. Komitmen terhadap prinsip kehati-hatian dan pengelolaan risiko menjadi landasan utama dalam menjalankan strategi pertumbuhan yang berkelanjutan.
Pada akhirnya, meskipun sektor perbankan nasional mencatat perlambatan dalam kredit investasi secara agregat, namun kinerja positif BSI menjadi sinyal bahwa dengan pengelolaan yang tepat, pembiayaan investasi tetap dapat tumbuh bahkan di saat penuh tantangan. Optimisme ini bukan hanya refleksi dari keyakinan terhadap kekuatan internal perusahaan, tetapi juga menunjukkan bahwa pembiayaan syariah memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.