Tarif Impor Turun, Bursa Asia Reaksi dan Peluang Investasi Meningkat

Tarif Impor Turun, Bursa Asia Reaksi dan Peluang Investasi Meningkat
Tarif Impor Turun, Bursa Asia Reaksi dan Peluang Investasi Meningkat

JAKARTA - Kabar terbaru dari dunia perdagangan internasional datang dari pengumuman Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenai kesepakatan tarif impor baru dengan Indonesia. Keputusan untuk menurunkan tarif impor menjadi 19% bagi ekspor Indonesia ke AS membuka peluang baru dalam hubungan dagang kedua negara sekaligus memberikan dampak signifikan pada pergerakan bursa saham di kawasan Asia.

Pasar saham Asia memasuki sesi perdagangan dengan sentimen yang beragam. Indeks-indeks utama di Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Hong Kong bergerak dengan kecenderungan turun dan naik yang mencerminkan ketidakpastian investor dalam merespon berita ini. Meski ada penurunan di beberapa indeks seperti Kospi dan S&P/ASX 200, kontrak berjangka indeks Hang Seng justru menunjukkan optimisme.

Pengumuman Trump yang menyatakan telah mencapai kesepakatan perdagangan awal ini menjadi titik perhatian utama para investor, terutama saham-saham di Indonesia. Dengan tarif impor yang lebih rendah, sektor ekspor Indonesia berpotensi memperoleh dorongan signifikan yang dapat memengaruhi kinerja pasar modal domestik.

Baca Juga

Pergerakan Harga Emas Perhiasan Stabil hingga Naik Bertahap

Respons Bursa Saham Asia

Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka dengan penurunan tipis, sementara Topix melemah 0,11%. Bursa saham Korea Selatan juga mengalami tekanan, dengan indeks Kospi turun 0,5% dan Kosdaq untuk saham berkapitalisasi kecil turun 0,56%. Bursa Australia pun mencatat pelemahan sebesar 0,82% pada indeks S&P/ASX 200. Di sisi lain, indeks Hang Seng Hong Kong menunjukkan tanda positif dengan kontrak berjangka yang lebih tinggi dibandingkan penutupan sebelumnya.

Variasi pergerakan ini menandakan adanya ketidakpastian pasar yang masih menunggu perkembangan lebih lanjut dari kesepakatan dagang serta implikasi ekonomi jangka pendek dan panjang dari penurunan tarif impor tersebut.

Peluang dan Tantangan bagi Bursa Indonesia

Di tengah geliat pasar saham Asia yang beragam, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia menunjukkan potensi penguatan terbatas. Pada sesi perdagangan sebelumnya, IHSG berhasil naik 0,61% ke posisi 7.140, dengan volume pembelian yang masih kuat. Analis dari PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, mengungkapkan bahwa penguatan ini dipengaruhi oleh posisi IHSG yang berada di atas moving average (MA) 200 harian, menandakan momentum positif meski kenaikan masih terbatas.

Menurut Herditya, IHSG saat ini berada pada akhir wave (b) dari wave [b] pada label hitam, sehingga penguatan masih akan menghadapi batasan pada area resistance di 7.177. Namun, peluang untuk menguji resistance yang lebih kuat di kisaran 7.240-7.476 tetap terbuka. Support yang perlu diperhatikan ada di level 7.049 hingga 6.994, sementara resistance berada di kisaran 7.143 hingga 7.191.

Analisis dari PT Pilarmas Investindo Sekuritas

PT Pilarmas Investindo Sekuritas turut menyoroti potensi penguatan terbatas IHSG dalam waktu dekat. Dengan level support dan resistance yang berada pada rentang 7.025 hingga 7.240, perusahaan sekuritas ini mengingatkan investor untuk mewaspadai potensi koreksi yang mulai terlihat pada pasar saham.

Meskipun demikian, kesepakatan tarif impor yang lebih rendah diharapkan dapat menjadi katalis positif yang mendongkrak sentimen pasar domestik, terutama sektor ekspor yang terdampak langsung oleh kebijakan tarif ini.

Rekomendasi Saham Hari Ini

Sejalan dengan kondisi pasar yang berfluktuasi, beberapa saham direkomendasikan sebagai pilihan investasi hari ini. PT Pilarmas Investindo Sekuritas memilih saham PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI).

Sementara itu, Herditya Wicaksana dari PT MNC Sekuritas merekomendasikan saham PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG).

Rekomendasi saham ini diharapkan dapat memanfaatkan momentum penguatan pasar meski dengan risiko volatilitas yang masih ada.

Kesepakatan perdagangan antara AS dan Indonesia yang menurunkan tarif impor menjadi 19% membawa angin segar bagi sektor ekspor Indonesia dan berpotensi memperkuat posisi pasar saham domestik. Namun, reaksi pasar saham Asia yang beragam menunjukkan adanya kehati-hatian investor terhadap dampak jangka panjang dari kesepakatan ini.

Bagi investor, memahami level support dan resistance serta mengikuti rekomendasi saham dari analis terpercaya dapat membantu mengambil keputusan investasi yang tepat di tengah dinamika pasar yang terus bergerak. Selalu penting untuk mengawasi perkembangan selanjutnya dari kebijakan perdagangan dan kondisi ekonomi global yang memengaruhi pergerakan bursa saham.

Sindi

Sindi

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

BYD Bawa 5 Mobil ke GIIAS Termasuk Model Baru

BYD Bawa 5 Mobil ke GIIAS Termasuk Model Baru

Prakiraan Cuaca BMKG: Berawan dan Hujan Ringan di Indonesia

Prakiraan Cuaca BMKG: Berawan dan Hujan Ringan di Indonesia

Gudeg Coroner Hadirkan Kuliner Tradisional Sehat Tanpa Kolesterol

Gudeg Coroner Hadirkan Kuliner Tradisional Sehat Tanpa Kolesterol

Empat Produk Kecantikan Terlaris 2025 Bantu Kulit Glowing

Empat Produk Kecantikan Terlaris 2025 Bantu Kulit Glowing

Dokter Estetika Rekomendasikan Perawatan Kulit Tanpa Operasi

Dokter Estetika Rekomendasikan Perawatan Kulit Tanpa Operasi