Gudeg Coroner Hadirkan Kuliner Tradisional Sehat Tanpa Kolesterol

Gudeg Coroner Hadirkan Kuliner Tradisional Sehat Tanpa Kolesterol
Gudeg Coroner Hadirkan Kuliner Tradisional Sehat Tanpa Kolesterol

JAKATRTA - Inovasi kuliner tak pernah berhenti mengejutkan, apalagi jika menyentuh makanan tradisional yang sudah lama menjadi identitas daerah. Yogyakarta, kota yang identik dengan gudeg, kini memperkenalkan varian baru dari makanan khas tersebut yang diklaim lebih sehat. Menariknya, transformasi ini tidak datang dari industri besar, melainkan dari tangan seorang mahasiswa muda yang penuh semangat dan kreativitas.

Gudeg yang selama ini dikenal dengan cita rasa manis dan bahan utama dari nangka muda, kali ini tampil dalam wajah baru yang tak kalah menggoda. Versi sehat ini dinamakan Gudeg Coroner, nama yang diberikan langsung oleh Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, sebagai bentuk apresiasi atas kreasi yang unik sekaligus membawa nilai kesehatan lebih dalam warisan kuliner.

Mahasiswa Gizi di Balik Ide Revolusioner

Baca Juga

Penguatan Industri Halal Nasional Menuju Ekspansi Pasar Global

Adalah Twistanisa Atha Brilliant Ilmi, atau yang akrab disapa Atha, mahasiswi Gizi Universitas Gadjah Mada angkatan 2023, yang menjadi sosok kreatif di balik Gudeg Coroner. Dalam sebuah perbincangan di salah satu radio lokal, Atha menyampaikan rasa bangga atas inovasi yang ia ciptakan.

Bukan tanpa proses panjang, sebelum menemukan formula yang pas, Atha terlebih dahulu melakukan riset. Ia mengaku sangat antusias ketika diminta untuk menciptakan gudeg yang lebih sehat. “Saya senang sekali ketika diminta membuat gudeg yang sehat dan saya riset dahulu hingga akhirnya ketemulah jantung pisang sebagai pengganti gori (nangka muda),” ujarnya.

Jantung Pisang Gantikan Gori, Ikan Gantikan Ayam

Perubahan utama pada Gudeg Coroner terletak pada bahan dasarnya. Jika gudeg konvensional menggunakan gori (nangka muda), Atha menggantikannya dengan jantung pisang. Keputusan ini bukan tanpa alasan. Jantung pisang memiliki tekstur dan rasa yang dinilai mirip dengan nangka muda saat sudah diolah. Peralihan ini tentu memberikan nilai tambah dari sisi nutrisi sekaligus menjadi solusi bagi mereka yang perlu menghindari asupan gula berlebih, karena jantung pisang memiliki indeks glikemik yang lebih rendah.

Tak berhenti di situ, Atha juga mengganti daging ayam dengan ikan. Pilihan ini menyesuaikan kebutuhan akan sumber protein rendah lemak dan kaya omega-3. Sehingga, makanan khas Yogyakarta ini pun bisa dinikmati oleh lebih banyak kalangan, termasuk yang sedang dalam program diet atau penderita kolesterol tinggi.

Kuah Areh dari Susu Kedelai, Bumbu Tetap Autentik

Satu bagian yang kerap dihindari dari gudeg adalah kuah areh saus kental dari santan karena kandungan lemak jenuhnya yang tinggi. Melihat hal ini, Atha berinovasi dengan mengganti santan menggunakan susu kedelai. Menurutnya, susu kedelai mampu memberikan rasa gurih yang serupa namun jauh lebih sehat.

Namun demikian, Atha menekankan bahwa semua bumbu-bumbu dasar gudeg tetap dipertahankan. Mulai dari lengkuas, bawang, gula merah, hingga rempah-rempah khas tetap digunakan agar rasa gudeg tidak kehilangan karakter aslinya. “Gudeg Coroner ini dibuat dengan harapan masyarakat yang menikmati tidak perlu khawatir mengenai kolesterol, karena beberapa bahan diubah menggunakan bahan yang lebih sehat, tetapi untuk bumbu-bumbu sama persis dengan gudeg,” jelas Atha.

Dukungan Keluarga dan Perhatian pada Detail

Kunci keberhasilan Gudeg Coroner bukan hanya pada riset atau eksperimen dapur Atha seorang diri. Ia menyampaikan bahwa proses memasak hingga penyajian tidak lepas dari dukungan penuh keluarga, terutama dalam hal menyiapkan bahan, memasak, dan menguji rasa. Kolaborasi keluarga menjadi fondasi kuat dalam keberhasilan penyajian gudeg versi sehat ini.

Satu hal menarik lainnya adalah bagaimana Atha memikirkan semua elemen pendamping gudeg. Misalnya, krecek kulit sapi—lauk pelengkap yang lazim ditemukan dalam sepiring gudeg biasanya tinggi kolesterol. Dalam inovasi ini, Atha menggantikannya dengan konjac atau porang. Porang dikenal memiliki kandungan serat glukomanan yang dapat membantu mengontrol gula darah serta meningkatkan sistem pencernaan.

Sebuah Langkah Kecil dengan Potensi Besar

Meski lahir dari tugas kampus dan semangat pribadi, Gudeg Coroner membuka peluang besar bagi perkembangan kuliner sehat berbasis lokal. Kehadiran menu ini menunjukkan bahwa makanan tradisional tetap bisa relevan dengan gaya hidup masa kini sehat, sadar nutrisi, dan tetap menjaga cita rasa warisan budaya.

Inovasi seperti Gudeg Coroner bukan hanya penting untuk diversifikasi makanan, tetapi juga menunjukkan bahwa generasi muda siap mengambil peran aktif dalam menjaga dan mengembangkan budaya kuliner Nusantara. Dan tentu saja, peran serta pemerintah daerah seperti pemberian nama oleh Wali Kota Yogyakarta menjadi bukti bahwa kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan untuk mendorong inovasi-inovasi seperti ini lebih luas ke masyarakat.

Jika dibina lebih lanjut, bukan tidak mungkin Gudeg Coroner akan menjadi menu pilihan baru di restoran atau rumah makan modern yang mengusung konsep sehat tanpa meninggalkan akar tradisi. Inilah contoh konkret bahwa memadukan ilmu gizi, kearifan lokal, dan inovasi kuliner bisa menghasilkan sesuatu yang bukan hanya enak di lidah, tapi juga baik untuk tubuh.

Sindi

Sindi

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

3 Shio Paling Hoki 18 Juli 2025

3 Shio Paling Hoki 18 Juli 2025

Cirebon Ubah Sampah Jadi Energi Ramah Lingkungan

Cirebon Ubah Sampah Jadi Energi Ramah Lingkungan

Daftar Harga BBM Terkini Juli 2025

Daftar Harga BBM Terkini Juli 2025

Gas Melon Langka, PKL Magetan Mengeluh

Gas Melon Langka, PKL Magetan Mengeluh

Update Nikel Juli 2025, Sektor Hilir Bergerak

Update Nikel Juli 2025, Sektor Hilir Bergerak