JAKARTA - Mengawali pekan ini, sentimen positif terlihat mulai memengaruhi pergerakan pasar saham Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang melanjutkan tren penguatannya setelah pada akhir pekan lalu ditutup naik sebesar 0,34 persen ke level 7.311,91. Kinerja positif ini tidak hanya mencerminkan optimisme lokal, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi pasar global dan masuknya aliran dana asing.
Aliran Modal Asing Dorong IHSG
Dukungan investor asing menjadi salah satu pendorong utama penguatan IHSG. Dalam catatan terakhir, net buy oleh investor asing mencapai Rp306 miliar. Saham-saham unggulan seperti BMRI, TLKM, BBRI, BBNI, dan AMMN menjadi yang paling diburu oleh pelaku pasar global.
Menurut Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman, level IHSG saat ini menunjukkan potensi penguatan lanjutan, asalkan mampu bertahan pada titik kunci.
"IHSG hari ini masih berpotensi menguji level support di 7.280. Jika kuat bertahan di level support tersebut, IHSG akan melanjutkan kenaikannya," kata Fanny pada Senin, 21 Juli 2025.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa IHSG diperkirakan bergerak dalam rentang support 7.200–7.280 dan berpotensi menuju resistance di kisaran 7.400–7.500. Ini menjadi ruang gerak yang cukup luas bagi pelaku pasar untuk memanfaatkan momentum.
Sentimen Global: Ketegangan Tarif dan Bursa AS
Meskipun pasar dalam negeri menunjukkan arah yang positif, situasi global tetap menjadi faktor penentu kehati-hatian investor. Bursa saham Amerika Serikat pada akhir pekan kemarin bergerak cenderung stagnan, seiring munculnya kembali kekhawatiran seputar kebijakan perdagangan Presiden Trump yang berencana menaikkan tarif terhadap Uni Eropa.
Fanny menyebut, laporan dari Financial Times menjadi pemicu tekanan terhadap indeks utama di Wall Street, seperti S&P 500 dan Dow Jones yang mengalami penurunan tipis. Sementara itu, Nasdaq masih mampu mencatat kenaikan meskipun terbatas.
"Wall Street masih tertekan oleh laporan Financial Times (FT) yang mengindikasikan Presiden Trump kenakan tarif tinggi pada Uni Eropa. Laporan FT menyatakan, Trump mengincar tarif minimum antara 15 persen dan 20 persen dalam setiap kesepakatan dengan blok Eropa," ujar Fanny.
Situasi ini menciptakan ambivalensi di kalangan investor. Di satu sisi, tarif dinilai dapat membebani ekonomi global, namun di sisi lain, sebagian pelaku pasar masih melihat bahwa dampaknya terhadap ekonomi Amerika Serikat mungkin tidak sebesar yang dikhawatirkan sebelumnya.
"Para investor menunjukkan peningkatan ambivalensi terhadap ancaman tarif Trump. Mereka berkeyakinan kebijakan tarif mungkin tidak merusak ekonomi AS separah yang dikhawatirkan," lanjutnya.
Musim Laporan Keuangan Jadi Katalis
Katalis penting lainnya yang dinanti pasar adalah dimulainya musim laporan keuangan perusahaan-perusahaan di AS minggu ini. Laporan kinerja ini akan menjadi barometer penting untuk mengukur bagaimana kondisi ekonomi, termasuk dampak kebijakan perdagangan, memengaruhi aktivitas bisnis secara riil.
"Musim laporan keuangan dimulai minggu ini. Laporan akan memberikan kesempatan bagi perusahaan-perusahaan AS untuk menunjukkan bagaimana tarif memengaruhi bisnis mereka," jelas Fanny lagi.
Hasil laporan ini diprediksi akan mempengaruhi arah kebijakan investasi para investor global, termasuk yang berinvestasi di negara berkembang seperti Indonesia.
Dukungan dari Bursa Asia dan Data Ekonomi
Selain dari AS, sentimen dari bursa Asia juga memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap IHSG. Di akhir pekan kemarin, mayoritas bursa Asia ditutup menguat. Penguatan tersebut didorong oleh data ekonomi Amerika Serikat yang menunjukkan ketahanan, serta laporan keuangan perusahaan global yang cukup baik.
Secara khusus, Jepang menjadi sorotan dengan angka inflasi yang masih bertahan di atas target 2 persen yang ditetapkan oleh Bank of Japan. Namun demikian, tingginya biaya hidup dan lonjakan harga kebutuhan pokok seperti beras turut menekan kepopuleran Perdana Menteri Shigeru Ishiba di tengah masyarakat.
Sinyal dari kawasan Asia ini tetap menjadi bahan pertimbangan penting bagi pelaku pasar lokal, mengingat hubungan perdagangan dan investasi yang cukup erat antarnegara di kawasan ini.
Prospek IHSG dalam Jangka Pendek
Melihat berbagai faktor di atas baik dari sisi teknikal maupun fundamental peluang IHSG untuk tetap berada dalam zona hijau cukup terbuka. Aliran modal asing yang positif, ditambah ekspektasi positif dari laporan keuangan dan stabilnya data ekonomi global, memberikan ruang bagi indeks untuk menguat.
Namun demikian, Fanny tetap mengingatkan pelaku pasar agar mewaspadai dinamika eksternal yang bisa memicu volatilitas sewaktu-waktu, khususnya dari arah kebijakan tarif dan geopolitik internasional.
Dengan latar belakang seperti ini, pelaku pasar diharapkan dapat bersikap adaptif dan mempertimbangkan strategi jangka pendek maupun panjang secara matang. Bagi investor ritel maupun institusi, penting untuk mencermati dinamika data dan tren harga yang terjadi sepanjang minggu.