Harga Batu Bara Juli 2025 Naik, Optimisme Pasar Terjaga

Senin, 14 Juli 2025 | 14:39:03 WIB
Harga Batu Bara Juli 2025 Naik, Optimisme Pasar Terjaga

JAKARTA - Pada periode pertama bulan Juli 2025, pemerintah menetapkan Harga Batu Bara Acuan (HBA) sebesar 107,35 dolar AS per ton atau setara dengan Rp 1,74 juta per ton. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 8,74 dolar AS atau sekitar 8,86 persen dibandingkan dengan HBA periode kedua bulan Juni 2025 yang berada di angka 98,61 dolar AS per ton (Rp 1,59 juta).

Keputusan resmi mengenai penetapan harga ini tertuang dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 72 Tahun 2025. Keputusan tersebut memberikan pedoman dalam penentuan harga patokan untuk penjualan komoditas mineral logam dan batubara. Penetapan HBA yang baru ini berlaku sebagai dasar perhitungan Harga Patokan Batubara (HPB) khusus untuk periode pertama bulan Juli 2025.

Perbandingan Harga Tahun ke Tahun

Meski terjadi kenaikan harga secara bulanan, jika dibandingkan secara tahunan, harga batu bara pada Juli 2025 mengalami penurunan signifikan. Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Tri Winarno, mengungkapkan bahwa HBA Juli 2025 turun sebesar 23,09 dolar AS per ton atau 17,70 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2024.

“HBA periode pertama Juli 2025 digunakan sebagai dasar perhitungan Harga Patokan Batubara (HPB) untuk periode pertama Juli 2025 untuk batu bara dengan kalori lebih besar dari 6.000 kilokalori/kilogram Gross As Received (GAR),” jelas Tri dalam keterangannya di Jakarta.

Penurunan harga ini memberikan gambaran tren pasar batu bara yang mengalami fluktuasi cukup signifikan dalam jangka waktu satu tahun terakhir. Faktor-faktor seperti permintaan global, kondisi ekonomi, dan kebijakan energi di berbagai negara turut memengaruhi pergerakan harga batu bara tersebut.

Formula Penentuan Harga Berdasarkan Transaksi Aktual

Penentuan HBA pada periode ini dilakukan dengan formula yang memperhatikan rata-rata tertimbang volume harga jual batu bara berdasarkan transaksi aktual perusahaan pertambangan. Metode perhitungan ini menggunakan data transaksi penjualan batu bara pada titik serah secara "Free on Board" (FOB Vessel) di atas kapal pengangkut.

Tri Winarno menambahkan bahwa HBA ini dihitung berdasarkan rentang sampel kalori antara 6.100 hingga 6.500 kilokalori per kilogram GAR. Transaksi yang diperhitungkan adalah yang terjadi dalam periode pembayaran royalti melalui aplikasi ePNBP Minerba, yaitu dari minggu kedua dua bulan sebelum periode penetapan hingga minggu pertama bulan sebelumnya.

“Berdasarkan regulasi ini formula perhitungan HBA sesuai harga penjualan batu bara aktual perusahaan pertambangan batu bara di e-PNBP Minerba pada tanggal pengapalan minggu kedua dua bulan sebelumnya sampai dengan minggu pertama bulan sebelumnya,” ujar Tri.

Metode ini dimaksudkan untuk mencerminkan harga pasar yang sebenarnya sehingga dapat memberikan acuan yang relevan dan adil bagi semua pihak yang terlibat dalam perdagangan batu bara.

Pentingnya HBA untuk Industri Batu Bara

Harga Batu Bara Acuan (HBA) menjadi salah satu indikator kunci dalam menentukan tarif penjualan batu bara domestik maupun ekspor. Dengan ditetapkannya harga acuan ini, para pelaku industri, termasuk perusahaan tambang dan pembeli, memiliki referensi yang jelas terkait harga dasar batu bara di pasar.

Selain itu, HBA juga menjadi parameter dalam perhitungan royalti yang harus dibayarkan oleh perusahaan pertambangan kepada negara. Sehingga, penentuan HBA yang akurat dan transparan sangat penting untuk memastikan kepastian hukum dan kelangsungan investasi di sektor pertambangan batu bara.

Kebijakan harga ini juga berperan dalam mengatur keseimbangan antara kepentingan produsen, konsumen, dan pemerintah agar tercapai kondisi pasar yang sehat dan stabil.

Dampak Kenaikan Harga Batu Bara Juli 2025

Kenaikan HBA sebesar 8,86 persen dibandingkan bulan Juni 2025 berpotensi memberikan dampak langsung pada penghasilan perusahaan pertambangan batu bara. Dengan harga acuan yang lebih tinggi, perusahaan dapat mengoptimalkan pendapatan mereka meskipun masih menghadapi tekanan dari kondisi pasar global.

Namun, penurunan harga secara tahunan tetap menjadi perhatian karena menunjukkan adanya tren pelemahan harga batu bara jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini dapat menjadi sinyal bagi pelaku industri untuk melakukan evaluasi strategi produksi dan penjualan agar tetap kompetitif di pasar internasional.

Pergerakan harga batu bara juga akan memengaruhi biaya energi bagi industri pengguna batu bara sebagai sumber energi primer. Oleh karena itu, fluktuasi harga batu bara selalu menjadi topik penting dalam pembahasan kebijakan energi nasional.

Prospek Harga Batu Bara ke Depan

Melihat dinamika harga batu bara yang terjadi saat ini, berbagai faktor akan terus berperan dalam menentukan pergerakan harga selanjutnya. Permintaan global dari negara-negara besar seperti China dan India, perubahan kebijakan energi dunia, hingga perkembangan teknologi energi terbarukan menjadi variabel yang harus diperhatikan.

Selain itu, kebijakan pemerintah terkait pengelolaan sumber daya alam, termasuk regulasi terkait royalti dan ekspor batu bara, juga akan memengaruhi arah harga di masa depan.

Para pelaku pasar dan pemerintah perlu terus memantau perkembangan ini agar dapat mengambil langkah yang tepat demi menjaga kestabilan industri batu bara nasional dan memastikan keberlanjutan sektor energi.

Penetapan Harga Batu Bara Acuan (HBA) periode pertama Juli 2025 sebesar 107,35 dolar AS per ton mencerminkan kenaikan 8,86 persen dibandingkan periode sebelumnya di bulan Juni 2025. Namun, jika dibandingkan secara tahunan, HBA ini mengalami penurunan signifikan sebesar 17,70 persen dari Juli 2024.

Penentuan harga ini didasarkan pada transaksi aktual yang tercatat di aplikasi ePNBP Minerba dengan rentang kalori tertentu sebagai standar pengukuran. Harga acuan ini menjadi dasar perhitungan Harga Patokan Batubara (HPB) dan juga berperan penting dalam perhitungan royalti pertambangan.

Fluktuasi harga batu bara yang terjadi memberikan sinyal bagi pelaku industri dan pemerintah untuk terus memonitor pasar dan menyesuaikan strategi agar dapat menjaga stabilitas dan keberlanjutan sektor batu bara di Indonesia.

Terkini