JAKARTA - Dalam dunia mode yang terus berkembang, perhatian terhadap busana anak sering kali terlupakan, tergerus oleh tren pakaian dewasa yang disesuaikan dengan ukuran anak. Namun di ajang Jogja Fashion Trend 2025, sebuah gebrakan dilakukan oleh desainer Phillip Iswardono yang membawa kembali esensi asli busana anak. Menurutnya, busana anak seharusnya nyaman dan memberi ruang gerak, bukan sekadar versi kecil dari baju orang dewasa.
Phillip yang dikenal dengan gaya layering dan permainan warna, menegaskan pentingnya mendesain pakaian anak dengan cara yang benar. Ia mengatakan, "Yang saya lihat di show-show baju anak itu hanya baju dewasa dikecilkan." Penampilannya dalam perhelatan tersebut menampilkan 11 koleksi pakaian anak yang mengangkat kembali kenyamanan dan kesederhanaan busana anak.
Perbedaan Konsep Busana Anak dan Dewasa
Desainer ini juga mengkritisi tren yang memaksa anak mengikuti gaya orang dewasa, mulai dari cara berdandan, model rambut, hingga konsep pakaian yang seolah meniru pesta gala yang sesungguhnya tidak relevan dengan budaya Indonesia. Menurut Phillip, "Di Indonesia itu tidak ada pesta gala, apalagi untuk anak-anak." Ia berusaha mengembalikan konsep busana anak yang sesuai dengan kebutuhan aktivitas mereka sehari-hari.
Koleksi yang ditampilkan menonjolkan gaya layering, permainan warna yang cerah, dan tumpuk-tumpuk pakaian, yang merupakan ciri khas Phillip. Ia menyebut koleksinya sebagai 'reborn' atau kelahiran kembali dari busana anak yang lebih menyenangkan dan fungsional.
Perhelatan Jogja Fashion Trend 2025
Jogja Fashion Trend (JFT) 2025 menjadi panggung penting bagi 81 desainer dari berbagai daerah di Indonesia seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan, hingga desainer dari Singapura, Hayden Ng. Acara yang diselenggarakan oleh Yayasan Fashion Jogja Istimewa dan didukung oleh Bank Indonesia serta BPD DIY ini berlangsung di Ballroom The Rich Jogja Hotel.
Event ini tidak hanya menampilkan busana dewasa dan anak-anak, tapi sejak dua tahun terakhir juga menghadirkan koleksi dari para desainer yang mengangkat model disabilitas dan plus size. Menurut koreografer JFT 2025, Nyudi Dwijo Susilo, ini menunjukkan bahwa fashion harus inklusif dan bisa dinikmati oleh semua kalangan.
Fashion untuk Semua Kalangan
Dalam peragaan yang melibatkan model disabilitas dan ukuran plus size, JFT membuktikan bahwa fashion bukan hanya milik mereka yang berukuran ideal. "Semakin ke sini pelan-pelan mulai ada perubahan yang menguatkan bahwa fashion itu bisa untuk semua orang," ujar Nyudi.
Penggabungan budaya juga menjadi tema penting dalam JFT 2025. Desain mengusung cultural border dengan inspirasi gaya Korea yang sedang digemari, namun tetap menggunakan material batik dan aksesoris khas pengrajin lokal Jogja. Konsep ini menjembatani gaya urban kekinian dengan warisan budaya nusantara.
Memadukan Budaya Korea dan Batik Nusantara
Nyudi menjelaskan bahwa kolaborasi budaya ini bertujuan agar busana yang dihasilkan bisa dipakai dalam berbagai situasi, termasuk saat berkunjung ke Korea. "Orang bisa pakai jaketnya, long coat-nya, dan tetap bisa membawa nilai budaya Nusantara lewat batik," jelasnya. Pendekatan ini memperlihatkan betapa tren internasional dapat diintegrasikan dengan kearifan lokal.
Seminar Inkubasi Bisnis Fashion
Sebagai penutup JFT 2025, diadakan seminar tentang kolaborasi antara stakeholder dalam program inkubasi bisnis bagi fashion designer. Pembicara berasal dari Bank Indonesia DIY, Konsultan PLUT KUMKM DIY, dan Bank BPD DIY. Seminar ini menjadi wadah bagi para desainer untuk belajar mengembangkan bisnis mereka secara berkelanjutan.
Panggung Desainer Muda dan Kreatif
Pada hari terakhir, sesi pertama dan kedua menampilkan karya berbagai desainer muda dan berbakat seperti Elgan by Nyudi, AGB by Afif Ghurub, Batik Pinilih oleh Kinanthi Cahya, hingga Phillip Iswardono dan Afif Syakur sendiri. Perhelatan ini menjadi bukti semangat dan kreativitas desainer Indonesia yang terus berkembang dan berinovasi.
Dengan tetap mengedepankan keaslian dan kenyamanan dalam busana anak serta membuka ruang untuk inklusivitas dan kolaborasi budaya, Jogja Fashion Trend 2025 berhasil memberikan warna baru dalam dunia fashion Indonesia. Ajang ini bukan sekadar peragaan busana, tapi juga medium edukasi, inklusi, dan pelestarian budaya yang sangat relevan untuk masa depan fashion Tanah Air.