
JAKARTA - Proses seleksi pemain tim nasional sepak bola putri Indonesia U-16 kini semakin terstruktur dan terbuka. Tidak hanya menandai babak baru dalam pengembangan sepak bola putri usia muda, tetapi juga mencerminkan pendekatan yang lebih sistematis dalam mencari talenta terbaik dari seluruh pelosok negeri. Tim ini dapat menjadi acuan pembentukan skuad kelompok umur lain, bahkan timnas senior di masa depan.
Sebanyak 24 pemain muda telah memasuki pelatihan intensif di Kudus, Jawa Tengah. Pelatihan ini merupakan bagian dari persiapan menghadapi Kejuaraan ASEAN Putri U-16 2025 yang akan diselenggarakan di Surakarta, Jawa Tengah, pada 18 hingga 29 Agustus 2025 mendatang.
Sebelum mencapai daftar akhir 24 pemain, PSSI telah memanggil 45 atlet untuk mengikuti seleksi tahap pertama. Pemanggilan ini berdasarkan performa para pemain dalam ajang Hydroplus Piala Pertiwi U-14 dan U-16 2025 yang digelar dari April hingga Juli. Turnamen tersebut menjadi fondasi utama seleksi tim nasional U-16 putri.
Baca Juga
"Para pemain ini di atas ekspektasi saya, lebih bagus dari yang saya kira," ujar pelatih tim U-16 putri, Timo Scheunemann, yang juga merupakan mantan pelatih timnas putri senior.
Timo menekankan bahwa meskipun masih terdapat kekurangan di daerah dalam penyelenggaraan turnamen, kehadiran jalur yang jelas menuju timnas adalah langkah besar. "Pemilihan bukan lewat pelatih, dipilih terus telepon kiri-kanan. Ini sudah lebih sistematis," tambahnya.
Sebelum tampil di Piala Pertiwi nasional, para pemain terlebih dahulu diseleksi di level klub atau tim yang berkompetisi di tingkat regional. Turnamen ini dilaksanakan di sejumlah wilayah seperti Banten, Jakarta, Jawa Barat (Bandung dan Cirebon), Jawa Tengah (Semarang, Solo, dan Kudus), serta Jawa Timur (Surabaya dan Malang). Dari sini, tim pencari bakat PSSI menjaring pemain terbaik untuk tampil di ajang nasional, yakni Piala Pertiwi All Stars U-14 dan U-16.
Beberapa wilayah lain seperti Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, Sumatera, dan Papua tidak mengadakan turnamen regional, namun tetap menyelenggarakan seleksi terbuka. Di Sumatera Utara, seleksi digelar di Medan selama dua hari pada pertengahan Juni. Pemain dari berbagai kabupaten turut berpartisipasi, termasuk Fadilla dari Kabupaten Batu Bara.
Fadilla tampil menonjol dan tak hanya lolos seleksi regional untuk memperkuat tim Sumut, tetapi juga berhasil menembus seleksi tahap kedua timnas putri U-16. Ia menjadi pencetak gol terbanyak pada Piala Pertiwi All Stars 2025, meski terbiasa bermain di tim putra.
Di Papua, pendekatan berbeda digunakan. Asisten pelatih Papua, Touskha Oktafia Stevelien Iba, menyatakan bahwa pihaknya menyebarkan informasi seleksi secara luas. Hasilnya, seleksi diikuti pemain dari berbagai penjuru Papua, termasuk Jayapura, Biak, Merauke, dan Wamena. Empat pemain dari Papua berhasil masuk seleksi tahap kedua.
Selain Sumatera dan Papua, perwakilan dari Bali-Nusa Tenggara seperti Jimbaran J Jauhari juga lolos, begitu pula Dian A Pary dari Ternate, Maluku Utara, yang memperkuat Bandung. Keragaman ini menunjukkan bahwa pencarian bakat benar-benar merata secara geografis.
Dari 24 nama yang lolos, hanya satu pemain yang tidak tampil di Piala Pertiwi, yakni Nafeeza A Nori dari Akademi Persib Bandung. Meskipun demikian, Nafeeza memiliki pengalaman kompetisi luar negeri bersama Makati FC di Liga Filipina.
Rentang usia pemain pun sangat beragam. Albianca Raula dari Jakarta, misalnya, baru berusia 12 tahun. Fadilla berumur 13 tahun, sementara Nafeeza 14 tahun. Kehadiran para pemain muda ini memperlihatkan potensi besar sepak bola putri Indonesia di masa depan.
Meskipun bukan pembentukan pertama untuk tim U-16 putri, kali ini menjadi kali pertama proses seleksi berjalan secara sistematis dan berjenjang. Struktur turnamen dari level regional hingga nasional menjadi kunci keberhasilan pembentukan tim yang representatif dan kompetitif.
Ketika Satoru Mochizuki ditunjuk sebagai pelatih timnas putri pada Februari 2024, tantangan utama yang dihadapi adalah minimnya kompetisi selama lima tahun terakhir. Ia harus mengandalkan data dari direktur teknik timnas, Indra Sjafri, dan rekomendasi asisten pelatih. Turnamen belum rutin digelar, sehingga pemantauan pemain pun terbatas.
Baru pada gelaran PON Aceh-Sumut 2024, Mochizuki mendapatkan kesempatan untuk menyeleksi pemain secara langsung dalam suasana pertandingan resmi. Hal ini menegaskan pentingnya kompetisi rutin sebagai bagian dari proses pembentukan tim nasional.
Mantan pemain timnas putri, Tia Darti Septiawati, mengungkapkan bahwa kompetisi yang rutin dan terstruktur akan memberikan hasil seleksi yang lebih objektif dan akurat. "Kalau lewat kompetisi, pelatih bisa melihat kemampuan pemain dalam rentang waktu panjang. Beda dengan seleksi satu waktu, yang mungkin tidak maksimal," ujarnya.
Anggota Komite Eksekutif PSSI, Vivin Cahyani, menyebut bahwa dari 24 nama saat ini, jumlahnya akan dikerucutkan menjadi 21 pemain sebagai skuad final untuk Kejuaraan ASEAN Putri U-16.
Turnamen tersebut pertama kali digelar pada 2009, dan Indonesia sudah tiga kali berpartisipasi, termasuk pada 2018 di Palembang. Pada edisi 2025, Indonesia masuk Grup A bersama Malaysia dan Timor Leste. Grup B diisi Vietnam, Myanmar, dan Kamboja, sedangkan Grup C dihuni Thailand, Singapura, dan Australia.
Dengan semakin terbukanya akses dan jalur seleksi yang sistematis, pembinaan sepak bola putri Indonesia bergerak ke arah yang lebih baik. Harapan untuk mencetak prestasi di level ASEAN bahkan Asia bukan lagi hal yang mustahil jika pola pembinaan seperti ini terus dijaga dan dikembangkan.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
BRI Dukung Program Rumah Terjangkau
- 28 Juli 2025
2.
Rekomendasi Rumah Murah Subsidi di Banjarnegara
- 28 Juli 2025
3.
Harga BBM Stabil Jelang Akhir Juli
- 28 Juli 2025
4.
Energi Ramah Lingkungan Kian Diminati Generasi Muda
- 28 Juli 2025
5.
Manfaat Olahraga untuk Kualitas Tidur
- 28 Juli 2025