Nikel Hijau Pulau Obi, Tambang Modern Ramah Lingkungan Masyarakat

Nikel Hijau Pulau Obi, Tambang Modern Ramah Lingkungan Masyarakat
Nikel Hijau Pulau Obi, Tambang Modern Ramah Lingkungan Masyarakat

JAKARTA - Pulau Obi, di Halmahera Selatan, kini menjadi pusat transformasi besar dalam industri pertambangan nikel di Asia. Di tengah hiruk-pikuk aktivitas tambang dan deru mesin alat berat yang tak pernah berhenti, terdapat upaya serius untuk menjalankan pertambangan berkelanjutan yang tidak sekadar mengejar keuntungan, tetapi juga menjaga kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat setempat.

PT Trimegah Bangun Persada Tbk (Harita Nickel) memimpin langkah ini dengan komitmen kuat untuk menambang secara bertanggung jawab. Bukan hanya klaim kosong, perusahaan ini secara sukarela mengikuti audit sertifikasi global paling ketat, Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA), guna menjamin praktik operasional yang memenuhi standar lingkungan, sosial, tata kelola, dan hak asasi manusia.

Deputy Department Head Health, Safety, and Environment Harita Nickel, Iwan Syahroni, menyatakan bahwa perusahaan menjadi pionir transparansi operasional di Indonesia dengan mematuhi lebih dari 400 indikator dalam audit tersebut. Ini menjadi modal penting untuk membuka akses pasar nikel global yang kini semakin menuntut produk yang berkelanjutan dan dapat ditelusuri asal-usulnya, seperti yang disyaratkan oleh produsen mobil listrik besar dunia.

Baca Juga

Dorong Produksi Kopi, Petani Tabalong Terima Bibit Gratis

Selain IRMA, Harita juga memiliki sertifikasi Responsible Minerals Assurance Process (RMAP), yang semakin mengukuhkan posisinya sebagai pemain utama di pasar global nikel ramah lingkungan.

Implementasi prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) pun sudah bukan lagi wacana, melainkan menjadi bagian utama dari pengambilan keputusan di lapangan. Community Affairs General Manager Harita Nickel, Dindin Makinudin, menyebut bahwa ESG kini mencakup pengelolaan air tambang, pemberdayaan usaha kecil, dan penyerapan produk lokal, yang secara langsung menguatkan perekonomian masyarakat Halmahera Selatan.

Sejak hilirisasi dimulai, kontribusi industri pengolahan di daerah ini melonjak signifikan, menjadi lebih dari separuh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Harita bahkan berkontribusi membeli puluhan ribu sak beras, ayam potong, dan berbagai produk lokal setiap bulannya dengan nilai transaksi mencapai Rp 14 miliar yang menyebar ke lebih dari 700 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) binaan.

Di sektor ketenagakerjaan, Harita memprioritaskan tenaga kerja lokal dan nasional. Dari 22 ribu pekerja, 85 persen Warga Negara Indonesia, dengan 45 persen berasal dari Maluku Utara. Tidak hanya pekerja kasar, perusahaan secara aktif membina dan menempatkan tenaga kerja lokal di posisi teknisi, supervisor, hingga manajer, membangun sumber daya manusia yang kompeten dan siap menghadapi tantangan industri berteknologi tinggi.

Pemerintah pun mendorong transformasi pertambangan yang hijau dan bertanggung jawab sebagai bagian dari transisi energi bersih global. Regulasi terkait pelaporan ESG, keterlibatan masyarakat, serta reklamasi dan pascatambang semakin disempurnakan untuk mendukung praktik terbaik pertambangan.

Asosiasi Penambang Nikel Indonesia dan asosiasi pertambangan lainnya menegaskan bahwa perusahaan yang mengabaikan ESG akan kehilangan daya saing di pasar global, khususnya dari pabrikan kendaraan listrik kelas dunia. Dengan kesiapan dan adopsi standar global, sektor nikel menjadi ujung tombak menuju visi Indonesia Emas 2045.

Teknologi juga menjadi kunci. Harita mengoperasikan smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan fasilitas High Pressure Acid Leaching (HPAL) pertama di Indonesia, yang mampu mengolah limonit bijih nikel kadar rendah yang dulu dibuang menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik bernilai tinggi. Dulu limonit dianggap limbah, kini menjadi sumber emas baru dalam industri hijau.

Selain produksi, Harita juga serius pada aspek lingkungan dengan mereklamasi 231 hektare lahan bekas tambang menggunakan tanaman lokal dan membangun kolam penyaring senilai Rp 45 miliar agar air tambang yang kembali ke laut tetap aman dan bersih.

Isu relokasi masyarakat juga ditangani dengan pendekatan manusiawi dan partisipatif, seperti di Desa Kawasi, di mana warga dilibatkan dalam perencanaan dan pemindahan ke kawasan baru yang dilengkapi fasilitas lengkap, memastikan kehidupan yang lebih layak dan bermartabat.

Keterbukaan perusahaan dengan publik dan jurnalis menjadi bagian dari strategi membangun kepercayaan dan keberlanjutan yang sesungguhnya, bukan sekadar strategi branding. Di Pulau Obi, semangat menambang kini tidak hanya soal bijih, tetapi juga menambang kepercayaan, menjaga alam, dan berkontribusi bagi masa depan energi bersih Indonesia.

Sindi

Sindi

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Harga Emas Perhiasan Dinamis, Perlu Waspadai Faktor Penentu Utama

Harga Emas Perhiasan Dinamis, Perlu Waspadai Faktor Penentu Utama

AI dan Gadget: Kunci Anak Indonesia Siap Masa Depan

AI dan Gadget: Kunci Anak Indonesia Siap Masa Depan

Dorong Produksi Kopi, Petani Tabalong Terima Bibit Gratis

Dorong Produksi Kopi, Petani Tabalong Terima Bibit Gratis

Modal Kecil Ini Ide Bisnis Rumahan yang Menguntungkan

Modal Kecil Ini Ide Bisnis Rumahan yang Menguntungkan

Oppo A Series Terbaru Rp 3 Jutaan Baterai Tahan Lama

Oppo A Series Terbaru Rp 3 Jutaan Baterai Tahan Lama