Lindungi Kesehatan dari Dampak Kemarau Basah Ekstrem

Lindungi Kesehatan dari Dampak Kemarau Basah Ekstrem
Lindungi Kesehatan dari Dampak Kemarau Basah Ekstrem

JAKARTA - Perubahan cuaca yang tidak menentu kini tidak hanya mengganggu aktivitas harian, tetapi juga membawa dampak serius terhadap kesehatan masyarakat. Fenomena cuaca ekstrem yang dikenal sebagai kemarau basah menjadi salah satu faktor yang turut memicu penularan berbagai penyakit. Ketika lingkungan tidak bersih dan gaya hidup masyarakat menjadi semakin pasif, maka ancaman kesehatan menjadi lebih nyata dari sebelumnya.

Cuaca yang tak bisa diprediksi di mana hujan turun saat musim kemarau membuat masyarakat cenderung mengabaikan pentingnya menjaga kebugaran tubuh. Di saat yang sama, perubahan suhu dan kelembapan yang drastis turut melemahkan sistem imun manusia. Hal inilah yang dijelaskan oleh Dr. Santi, seorang Health Management Specialist.

“Saat pancaroba, daya tahan tubuh secara normal akan cenderung sedikit melemah,” katanya.

Baca Juga

Gen Z Terjebak Standar Kecantikan Modern

Lingkungan Kotor Jadi Sarang Penyakit Berbahaya

Salah satu dampak nyata dari kemarau basah adalah munculnya genangan air di berbagai tempat. Genangan ini bukan hanya membuat lingkungan tampak kotor dan kumuh, tetapi juga menjadi tempat ideal bagi perkembangan berbagai sumber penyakit.

Salah satu contoh nyata adalah meningkatnya populasi nyamuk Aedes aegypti, yang dikenal sebagai penyebab demam berdarah. Nyamuk ini berkembang biak lebih cepat di lingkungan yang lembap dan terdapat air tergenang. Selain itu, genangan air yang tercemar oleh urine tikus juga berpotensi memicu leptospirosis dan infeksi virus Hanta.

Dr. Santi menjelaskan bahwa lingkungan yang tidak higienis berperan besar dalam mempercepat penyebaran penyakit.

“Meludah atau membuang dahak sembarangan juga bisa memicu penularan penyakit. Dahak mengering, meninggalkan kuman yang terbawa angin dan bisa masuk lewat saluran pernapasan atau makanan,” ujarnya.

Kondisi ini menggambarkan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan secara kolektif, bukan hanya di dalam rumah, tetapi juga di ruang publik.

Gaya Hidup Pasif Perburuk Daya Tahan Tubuh

Selain faktor lingkungan, gaya hidup yang tidak aktif juga menjadi penyebab meningkatnya kerentanan tubuh terhadap penyakit. Kemarau basah, dengan kondisi cuaca yang berganti-ganti antara panas menyengat dan hujan deras, membuat banyak orang memilih untuk berdiam diri di dalam rumah.

“Cuaca panas atau hujan membuat orang malas berolahraga. Padahal, olahraga sangat penting untuk menjaga fungsi jantung, paru-paru, dan sistem imun,” ujar Dr. Santi.

Kebiasaan masyarakat yang menghindari aktivitas fisik ini, jika berlangsung lama, dapat menurunkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi. Belum lagi kebiasaan lain yang tak kalah berisiko, seperti berkumpul di ruangan tertutup tanpa ventilasi, serta jarang minum air putih saat udara dingin.

“Rasa haus berkurang saat dingin, akibatnya orang malas minum. Padahal cairan penting untuk menjaga daya tahan tubuh tetap optimal,” tambahnya.

Fenomena ini seolah menjadi pola yang berulang: masyarakat pasif saat cuaca ekstrem, padahal justru saat-saat seperti inilah tubuh membutuhkan perawatan ekstra.

Pentingnya Gaya Hidup Sehat yang Konsisten

Untuk mengatasi berbagai tantangan kesehatan akibat kemarau basah, Dr. Santi menegaskan bahwa solusi utamanya bukan pada penanganan instan, melainkan perubahan gaya hidup yang konsisten dan berkelanjutan.

“Daya tahan tubuh yang baik merupakan hasil dari menjalankan gaya hidup sehat secara berkesinambungan,” ujarnya.

Langkah-langkah sederhana seperti mengonsumsi makanan bergizi seimbang, menghindari makanan tinggi gula, garam, dan lemak jenuh, serta mencukupi kebutuhan cairan harian, bisa memberikan dampak besar dalam jangka panjang.

Dr. Santi juga menyarankan agar olahraga dilakukan secara rutin, minimal tiga kali seminggu. Selain itu, tidur yang cukup selama 7 sampai 9 jam per hari, serta pengelolaan stres yang baik, menjadi komponen penting untuk menjaga sistem imun tetap kuat.

“Cairan yang cukup membantu melancarkan peredaran darah dan pembuangan racun, sehingga memperkuat daya tahan tubuh,” katanya lagi.

Hal ini menandakan bahwa tindakan pencegahan jauh lebih penting daripada pengobatan, terutama dalam konteks penyakit yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan gaya hidup.

Kesadaran Kolektif Kunci Pencegahan Penyakit Musiman

Kemarau basah bukanlah fenomena sesaat. Dengan pola iklim yang semakin sulit diprediksi, masyarakat perlu membentuk kesadaran kolektif dalam menjaga kesehatan. Perubahan iklim bukan lagi isu global yang jauh dari kehidupan sehari-hari, tetapi sudah menjadi tantangan nyata yang berdampak langsung pada tubuh manusia.

Menjaga kebersihan lingkungan, aktif bergerak meski cuaca kurang bersahabat, serta memastikan asupan gizi dan cairan tetap terpenuhi, merupakan kunci agar tubuh tetap kuat menghadapi berbagai ancaman penyakit.

Melalui pola hidup sehat yang dilakukan secara konsisten, masyarakat dapat memperkuat daya tahan tubuh dan meminimalisasi risiko penyakit yang mengintai saat cuaca ekstrem. Sebab, perlindungan terbaik terhadap penyakit bukan hanya datang dari luar, melainkan dari ketahanan tubuh yang dibentuk dari dalam.

Sindi

Sindi

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

BMKG: Cuaca Jabodetabek Mendung Hari Ini

BMKG: Cuaca Jabodetabek Mendung Hari Ini

Cuaca Ekstrem Terjang Jepang

Cuaca Ekstrem Terjang Jepang

BRI Angkat UMKM Lewat Klaster

BRI Angkat UMKM Lewat Klaster

BSI OTO Sediakan Kredit Nissan Leaf

BSI OTO Sediakan Kredit Nissan Leaf

HUT ke 11, BCA Life Perkuat Layanan

HUT ke 11, BCA Life Perkuat Layanan