Pendidikan Inklusif Perkuat Anak Hadapi Global
JAKARTA - Di tengah percepatan perubahan dunia, pendidikan inklusif menjadi salah satu kunci penting dalam menghadapi tantangan global. Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat (Rerie), menegaskan bahwa pendidikan yang merata dan inklusif tidak hanya memperkuat kualitas sumber daya manusia, tetapi juga menjadi sarana untuk mengurangi kesenjangan sosial dan mempersiapkan generasi menghadapi dinamika global yang semakin kompleks.
“Pendidikan yang lebih inklusif harus dikedepankan untuk menghadapi berbagai tantangan saat ini, mulai dari kesenjangan sosial hingga disrupsi teknologi yang terjadi,” ujar Rerie melalui keterangan tertulis pada Selasa, 19 Agustus 2025. Pernyataan ini menekankan perlunya pendekatan pendidikan yang memastikan setiap individu dapat mengakses pembelajaran secara setara, tanpa terkecuali.
Secara umum, pendidikan inklusif merupakan sistem yang memastikan semua anak, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus, kelompok marginal, dan mereka yang terdampak konflik, memiliki kesempatan belajar yang sama. Sistem ini bertujuan agar pendidikan menjadi medium yang adil, sekaligus mendorong pengembangan potensi setiap anak.
Baca Juga
Data UNESCO 2024 menunjukkan bahwa sebanyak 258 juta anak dan remaja di seluruh dunia masih belum memiliki akses pendidikan yang layak. Hanya 17 persen negara yang memiliki sistem pendidikan inklusif yang mengakomodasi penyandang disabilitas. Angka tersebut menandakan perlunya perhatian serius bagi pemerintah dan pemangku kepentingan agar pendidikan merata dapat terwujud secara global.
Rerie menegaskan, pemerintah harus memperkuat regulasi dan alokasi anggaran pendidikan. Ia menekankan bahwa 20 persen APBN sebaiknya dialokasikan secara nyata untuk pendidikan, termasuk pendidikan inklusif yang saat ini cakupannya masih terbatas. Dengan anggaran yang memadai, program pendidikan dapat lebih merata dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Berdasarkan data Kemendikbudristek 2024, hanya sekitar 5 persen dari total dana pendidikan yang dialokasikan untuk pendidikan inklusif. Hal ini menandakan bahwa perhatian terhadap pendidikan inklusif masih sangat minim dibandingkan kebutuhan yang ada.
Rerie juga menyoroti berbagai tantangan yang harus diatasi untuk mewujudkan pendidikan inklusif. Beberapa di antaranya adalah stigma sosial terhadap anak berkebutuhan khusus, infrastruktur pendidikan yang belum merata, serta kurangnya data akurat mengenai anak putus sekolah dan berkebutuhan khusus. Tantangan-tantangan ini menjadi penghalang serius dalam menciptakan pendidikan yang adil bagi semua.
Selain itu, kualitas guru juga menjadi perhatian utama. Legislator Dapil II Jawa Tengah ini menekankan bahwa pelatihan guru untuk menghadapi keberagaman siswa sangat penting. Data World Bank 2023 menunjukkan bahwa 60 persen guru di negara berkembang belum mendapatkan pelatihan dalam metode pembelajaran inklusif. Hal ini menunjukkan perlunya investasi sumber daya manusia dalam dunia pendidikan agar guru mampu menangani keberagaman siswa secara efektif.
Rerie mendorong kolaborasi antara pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat untuk mewujudkan pendidikan yang inklusif dan merata bagi semua anak. Kerja sama ini mencakup penyediaan fasilitas, pelatihan guru, inovasi kurikulum, serta metode pengajaran adaptif yang mampu menjangkau seluruh siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus.
Pendidikan inklusif juga berperan dalam membentuk generasi yang adaptif terhadap perubahan global. Dengan memberikan kesempatan belajar yang setara, anak-anak Indonesia dapat mengembangkan potensi secara optimal, menghadapi disrupsi teknologi, dan bersaing di tingkat internasional.
Selain itu, pendidikan inklusif menanamkan nilai toleransi, empati, dan kesetaraan sejak dini. Anak-anak belajar untuk menghargai perbedaan, menghormati teman sebaya, dan memahami bahwa keberagaman merupakan kekuatan. Nilai-nilai ini tidak hanya berdampak pada perkembangan individu, tetapi juga memperkuat kohesi sosial di masyarakat.
Rerie menekankan bahwa transformasi pendidikan membutuhkan regulasi yang jelas dan inovasi dalam strategi pengajaran, kurikulum, serta sarana dan prasarana pendidikan. Materi ajar harus disesuaikan, teknologi pendidikan dimanfaatkan, dan fasilitas ramah anak berkebutuhan khusus disediakan agar pendidikan inklusif dapat berjalan maksimal.
Dengan penerapan pendidikan inklusif, pemerataan kualitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia akan lebih mudah dicapai. Anak-anak dari perkotaan maupun pedesaan, dari keluarga mampu maupun kurang mampu, memiliki kesempatan yang sama untuk belajar, berkembang, dan berkontribusi bagi pembangunan bangsa.
Kolaborasi lintas sektor sangat penting untuk mendukung pendidikan inklusif. Pelatihan guru, penyediaan alat bantu belajar, dan pengembangan metode pengajaran adaptif adalah beberapa contoh upaya yang bisa dilakukan. Dengan dukungan semua pihak, pendidikan inklusif dapat berjalan optimal dan memberikan manfaat nyata bagi generasi muda.
Secara keseluruhan, pendidikan inklusif bukan sekadar program sosial, tetapi juga strategi pembangunan sumber daya manusia yang mampu menghadapi tantangan global. Melalui regulasi yang tepat, alokasi anggaran memadai, pelatihan guru, serta keterlibatan masyarakat, pendidikan inklusif dapat menjadi fondasi bagi generasi yang kompeten, toleran, dan adaptif.
Dengan pendidikan inklusif, anak-anak Indonesia tidak hanya memperoleh pengetahuan formal, tetapi juga bekal keterampilan sosial, nilai kemanusiaan, dan kemampuan menghadapi dinamika global. Pendidikan inklusif merupakan langkah nyata menuju Indonesia yang lebih adil, merata, dan kompetitif di tingkat internasional.
Rekomendasi
