Likuiditas Perbankan Stabil, BI Pastikan Aman

Jumat, 25 Juli 2025 | 13:14:18 WIB
Likuiditas Perbankan Stabil, BI Pastikan Aman

JAKARTA - Stabilitas sistem keuangan dalam negeri menjadi perhatian utama di tengah perkembangan ekonomi global yang dinamis. Salah satu penekanan penting dari otoritas moneter adalah memastikan bahwa perbankan memiliki likuiditas yang cukup untuk menjalankan fungsinya secara optimal. Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa kondisi likuiditas perbankan di pasar keuangan domestik berada dalam posisi yang aman dan memadai.

Pernyataan ini disampaikan oleh Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, Erwin Gunawan Hutapea, yang menyoroti indikator pasar uang sebagai cerminan utama kondisi likuiditas. Salah satu indikator penting yang menjadi sorotan adalah tingkat suku bunga Indonesia Overnight Index Average (IndONIA), yang menunjukkan kelonggaran signifikan dalam sistem keuangan antarbank.

Saat ini, suku bunga acuan antarbank tenor satu hari tersebut berada di level 4,83 persen. Angka ini dianggap mencerminkan ketersediaan dana jangka pendek yang luas di pasar.

“Ini menunjukkan bahwa liquidity yang ada di pasar itu berada pada jumlah yang sangat mencukupi,” ungkap Erwin.

Mekanisme IndONIA dan Bukti Dana Berlebih

IndONIA, sebagai suku bunga harian antarbank, bergerak mengikuti prinsip penawaran dan permintaan. Jika banyak bank memiliki kelebihan dana, maka tekanan untuk menarik pinjaman antarbank menurun, dan suku bunga otomatis akan bergerak turun.

Dengan suku bunga overnight yang cenderung rendah, kondisi ini menunjukkan bahwa likuiditas tidak mengalami tekanan. Bank-bank tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dananya dalam jangka pendek, bahkan tersedia ruang untuk ekspansi.

Erwin menambahkan bahwa dana yang tersedia di pasar uang setiap pagi mencapai lebih dari Rp90 triliun, mempertegas bahwa sistem keuangan nasional memiliki bantalan likuiditas yang kuat.

“Sehingga kalau ada pandangan yang mengatakan liquidity berada dalam kondisi ketat, di pasar (uang) setidaknya kami bisa katakan liquidity itu berada pada jumlah yang sangat memadai,” jelasnya.

Rasio AL/DPK Buktikan Perbankan Cukup Cair

Gambaran optimisme terhadap kondisi likuiditas perbankan juga disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. Menurut Perry, hingga pertengahan tahun ini tidak ada indikasi tekanan terhadap sektor perbankan dari sisi likuiditas. Hal ini tercermin dalam rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tetap tinggi.

Per Juni, rasio AL/DPK tercatat sebesar 27,05 persen. Angka ini dinilai sangat mencukupi untuk kebutuhan likuiditas jangka pendek perbankan. Di tengah kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya stabil, kekuatan rasio ini menjadi modal penting untuk menjaga operasi bank secara efisien dan aman.

Meski begitu, Perry juga menyoroti perubahan perilaku bank dalam mengelola dana likuidnya. Saat ini, banyak bank cenderung menempatkan dana tersebut pada instrumen surat berharga daripada menyalurkannya dalam bentuk kredit.

“Jadi dari sisi preferensi, bank menaruh alat likuidnya pada surat-surat berharga dibandingkan mendorong kredit. Dan juga kelihatan lending standard yang meningkat,” jelas Perry.

Perlambatan Kredit Karena Strategi Kehati-hatian

Sikap konservatif yang diterapkan oleh perbankan dalam menyalurkan kredit tercermin pada pertumbuhan kredit yang mulai melambat. Pada bulan Juni, BI mencatat pertumbuhan kredit secara tahunan (year-on-year/yoy) hanya mencapai 7,7 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 8,43 persen yoy.

Meskipun dana tersedia melimpah, bank lebih memilih menahan ekspansi kredit sebagai bentuk mitigasi risiko. Pendekatan ini dilakukan untuk menjaga kualitas aset serta meminimalkan risiko kredit bermasalah, terlebih dalam situasi ekonomi global yang masih dibayangi ketidakpastian.

Namun, BI memandang perlambatan ini masih dalam kategori yang wajar. Selama sistem likuiditas tetap terjaga dan tidak ada tekanan besar dari sektor keuangan, maka strategi kehati-hatian perbankan dapat diterima sebagai langkah antisipatif.

Ruang Stimulus Masih Terbuka Lebar

Kondisi likuiditas yang memadai memberi ruang manuver bagi Bank Indonesia untuk tetap menjalankan kebijakan moneter secara akomodatif. Dengan tren IndONIA yang tetap terkendali dan rendah, BI memiliki fleksibilitas untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan inflasi tanpa harus menerapkan kebijakan pengetatan.

Selain itu, stabilitas nilai tukar rupiah dan terkendalinya inflasi menambah kepercayaan bahwa kebijakan moneter saat ini masih berada di jalur yang tepat. Dengan cadangan devisa yang solid dan kerja sama erat antara otoritas fiskal dan moneter, BI tetap berkomitmen mendukung pemulihan ekonomi.

Melalui instrumen makroprudensial dan kebijakan suku bunga yang tepat sasaran, BI membuka kemungkinan untuk memberikan stimulus tambahan sesuai kebutuhan.

Sinyal Positif bagi Dunia Usaha dan Masyarakat

Keberlanjutan stabilitas likuiditas perbankan menjadi indikator penting bagi dunia usaha dan masyarakat. Di tengah tantangan eksternal yang datang dari berbagai sisi, kepercayaan terhadap sektor perbankan menjadi faktor utama dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

Pernyataan BI bahwa lebih dari Rp90 triliun dana beredar di pasar uang setiap pagi, serta rasio AL/DPK yang tetap tinggi, menunjukkan kesiapan sistem keuangan dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan jangka pendek maupun jangka panjang.

Koordinasi antara perbankan, otoritas moneter, dan sektor keuangan lainnya akan terus diperkuat agar kesinambungan pertumbuhan tetap terjaga. Tantangan saat ini adalah menciptakan keseimbangan antara kebutuhan ekspansi kredit dan pengelolaan risiko yang hati-hati.

Komitmen Terhadap Stabilitas dan Pertumbuhan

Bank Indonesia meyakini bahwa dengan likuiditas yang terjaga, sistem keuangan nasional tetap kokoh menopang pemulihan ekonomi. Langkah-langkah strategis yang ditempuh oleh bank dalam menata ulang portofolio aset dinilai sebagai bentuk tanggung jawab terhadap stabilitas jangka panjang.

Dengan demikian, strategi BI yang terukur, didukung kecukupan dana dan sikap kehati-hatian perbankan, menjadi fondasi kuat bagi ekonomi nasional dalam menghadapi tantangan maupun peluang yang muncul di masa mendatang.

Terkini

3 Spot Kuliner Bebek Peking Lezat di Malang

Jumat, 22 Agustus 2025 | 08:54:04 WIB

3 Spot Sate Maranggi Purwakarta yang Bikin Nagih

Jumat, 22 Agustus 2025 | 08:57:24 WIB

Kuliner Sate Ayam Ponorogo yang Wajib Dicoba

Jumat, 22 Agustus 2025 | 09:00:26 WIB

CFC: Pilihan Menu Lezat untuk Seluruh Keluarga

Jumat, 22 Agustus 2025 | 09:07:16 WIB