Prabowo Subianto Perkuat Kerjasama Ekonomi Strategis Dengan Uni Eropa

Rabu, 16 Juli 2025 | 09:49:45 WIB
Prabowo Subianto Perkuat Kerjasama Ekonomi Strategis Dengan Uni Eropa

JAKARTA - Dalam kunjungan resmi ke Eropa, Presiden Prabowo Subianto membuka babak baru dalam hubungan antara Indonesia dan Uni Eropa. Kunjungan ini bukan sekadar diplomasi seremonial. Melainkan upaya strategis untuk memperkuat hubungan ekonomi, membuka akses pasar, dan menjajaki peluang investasi baru. Fokus utama lawatan adalah mempercepat finalisasi Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU?CEPA), sebagai fondasi kebijakan kerjasama ekonomi jangka panjang.

Mempercepat Kesepakatan Perdagangan Bebas IEU?CEPA

Lawatan Presiden Prabowo dimulai dari markas besar Uni Eropa di Gedung Berlaymont, Brussel, di mana beliau bertemu dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. Dalam pertemuan ini, pembicaraan difokuskan pada percepatan fase akhir negosiasi IEU?CEPA, yang telah berjalan selama sepuluh tahun dan kini memasuki putaran ke-19.

“Hari ini kami telah mencapai sebuah terobosan. Setelah 10 tahun negosiasi, kami menyepakati sebuah perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif, yang pada dasarnya adalah perjanjian perdagangan bebas. Kami telah mencapai banyak kesepakatan yang pada intinya saling mengakomodasi kepentingan ekonomi kedua pihak dan bersifat saling menguntungkan,” tegas Prabowo usai dialog bersama.

Pernyataan tersebut menandai momen penting, karena selama puluhan tahun negosiasi kebijakan ini selalu tertunda. Kini, Indonesia dan Uni Eropa berada di ambang menyepakati kerangka ekonomi yang dapat membuka peluang ekspor dan meningkatkan hubungan dagang.

Membangun Landasan Baru Investasi dan Pasar Indonesia–Eropa

Von der Leyen menyambut baik hasil dialog dengan Prabowo. Ia menunjukkan keyakinannya bahwa IEU?CEPA bukan hanya sekadar dokumen hukum, tetapi pintu gerbang untuk memperdalam hubungan ekonomi. Uni Eropa mencatat Indonesia sebagai salah satu pemasok utama, namun posisi Indonesia sejauh ini masih berada di peringkat kelima di ASEAN dalam hal investasi langsung (FDI) dari kawasan Eropa.

Von der Leyen optimistis, "Kerjasama ekonomi ini masih memiliki banyak potensi yang belum tergarap. Akses perdagangan bebas akan membuka peluang usaha dan investasi baru di antara kedua wilayah."

Negosiasi soal tarif, perlindungan investasi, layanan, dan akses pasar dirancang sedemikian rupa agar kedua pihak bisa saling menguntungkan. Dengan populasi gabungan 730 juta orang, hubungan ini memiliki latent economy impact yang sangat besar.

Posisi Uni Eropa Terkait Tarif AS

Tidak hanya membahas kerjasama bilateral, von der Leyen juga menyampaikan pendapatnya mengenai kebijakan tarif Amerika Serikat. Ia menjelaskan bahwa Brussels memilih strategi untuk menunda balasan terhadap tarif baja dan aluminium AS untuk menunggu hasil negosiasi lebih lanjut. Pendekatan ini diambil untuk menghindari eskalasi ketegangan perdagangan dengan AS.

Menurut von der Leyen, "Amerika Serikat telah mengirimkan surat kepada kami berisi langkah-langkah yang akan berlaku kecuali ada solusi yang dinegosiasi. Oleh karena itu, kami juga akan memperpanjang penangguhan tindakan balasan kami hingga awal Agustus."

Uni Eropa sebagai blok perdagangan besar memilih dua strategi: membuka ruang dialog dan bersiap melakukan balasan. Nilai barang AS senilai 24 miliar USD siap dikenakan tarif balasan jika negosiasi tidak menemui kata sepakat.

Strategi Balas Tarif dan Dampaknya

Uni Eropa telah menyiapkan paket balasan berupa bea masuk atas produk AS senilai 21 miliar euro. Keputusan ini sebelumnya ditunda dari April, sebagai bentuk toleransi untuk menyelsaikan negosiasi pajak AS. Namun keputusan ini tidak lepas dari ancaman jika AS tetap menerapkan tarif tinggi tanpa kompensasi.

Von der Leyen menyatakan, “Kami telah mempersiapkan diri untuk ini, dan kami akan merespons jika diperlukan.” Dengan demikian, lawatan Prabowo ke Eropa terjadi di tengah dinamika geopolitik global yang mempengaruhi situasi ekonomi bilateral.

Momentum Kerjasama Global Indonesia

Kunjungan Prabowo ke Brussel memberi sinyal bahwa Indonesia kini tidak hanya fokus ke negara-negara ASEAN atau Asia, tetapi juga menjalin hubungan strategis dengan kekuatan ekonomi besar dunia. Kebijakan ini memfokuskan diri pada diplomasi ekonomi dan investasi global.

Selain negosiasi IEU?CEPA, Prabowo juga dijadwalkan bertemu sejumlah pejabat tinggi Uni Eropa untuk membahas sektor pertahanan, teknologi, dan infrastruktur. Namun fokus utamanya tetap pada perjanjian otomatisasi tariff dan akses pasar produk Indonesia.

Tantangan utama dari lawatan ini adalah selesainya negosiasi IEU?CEPA dan kecepatan ratifikasi perjanjian tersebut. Proses persetujuan harus melalui parlemen Eropa, perdebatan soal environmental clause, hak pekerja, dan perlindungan industri lokal masih tetap terjadi.

Namun keyakinan masih ada. Von der Leyen menyebut nilai strategis kerjasama ini sangat besar. Sementara Prabowo menunjukkan fleksibilitas diplomasi Indonesia untuk memenuhi standar Eropa.

Kini tergantung pada kemauan politik dan koordinasi diplomatik dari kedua pihak. Jika berhasil, kekuatan negosiasi yang baru ini membuka era perdagangan bebas global yang nyata bagi Indonesia.

Lawatan Presiden Prabowo Subianto ke Eropa bukan sekadar kunjungan protokoler, tetapi momentum strategis. Percepatan penyelesaian IEU?CEPA, potensi perluasan investasi, dan strategi diplomasi multilateral menempatkan Indonesia pada posisi tawar yang lebih kuat dalam arena global. Sementara Uni Eropa menunjukkan keseriusan untuk memperkuat hubungan ekonomi. Dampaknya akan sangat signifikan, baik dari segi ekonomi, investasi, hingga level kehidupan masyarakat.

Dengan kesepakatan yang tuntas, Indonesia memasuki era pertumbuhan yang lebih inklusif dan berkelanjutan, serta menjadi bagian aktif dalam tatanan ekonomi global yang adil dan seimbang.

Terkini