JAKARTA – Raksasa otomotif listrik asal China, BYD, resmi masuk ke kawasan industri Subang Smartpolitan, Jawa Barat, yang dikelola oleh PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA). Langkah strategis ini membawa angin segar bagi masa depan industri kendaraan listrik (EV) di Indonesia sekaligus memperkuat posisi SSIA sebagai pemain kunci di sektor kawasan industri nasional.
Dalam laporan riset terbaru yang dirilis, disebutkan bahwa BYD telah membeli lahan seluas 108 hektare dari SSIA. Transaksi ini menjadi katalis penting yang diyakini akan menciptakan efek domino terhadap minat investasi dari pelaku industri pendukung lainnya.
“Permintaan lahan industri di Subang Smartpolitan melonjak tajam pasca masuknya BYD,” tulis riset Samuel Sekuritas.
Langkah BYD ini dipandang bukan hanya sebagai ekspansi bisnis, tetapi juga sebagai sinyal kuat bagi ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, khususnya di Subang yang kini disebut-sebut sebagai calon pusat gravitasi baru bagi industri EV nasional.
Potensi Efek Domino: Subang Jadi Magnet Industri EV
Kehadiran BYD di Subang dinilai membuka peluang besar bagi masuknya berbagai perusahaan dalam rantai pasok industri kendaraan listrik. Hal ini mencakup pabrikan komponen otomotif, perusahaan baterai, hingga perusahaan logistik dan energi yang mendukung operasional pabrik EV secara keseluruhan.
Diperkirakan, dengan meningkatnya minat industri terkait, nilai strategis kawasan Subang Smartpolitan akan ikut terdongkrak secara signifikan. Kenaikan ini tidak hanya tercermin dalam permintaan lahan, tetapi juga dalam potensi apresiasi harga lahan yang dikelola SSIA.
SSIA Tak Hanya Andalkan Kawasan Industri, Bisnis Hotel Masih Menjanjikan
Selain kawasan industri, SSIA juga memiliki pilar bisnis lain yang tak kalah penting, yakni perhotelan. Bisnis ini diproyeksikan akan menyumbang sekitar 21,6 persen dari total laba kotor perusahaan pada tahun 2025, menjadikannya kontributor terbesar kedua setelah kawasan industri yang diperkirakan menyumbang 48,8 persen.
Namun, kontribusi dari sektor hotel mengalami perlambatan akibat proses renovasi pada salah satu aset utama SSIA, yakni hotel Melia Bali.
Pertumbuhan laba kotor dari sektor hotel tercatat melonjak sebesar 58 persen. Tapi, angka ini melambat menjadi 5,8 persen dan diperkirakan terus menurun pada 2025.
Renovasi hotel Melia Bali diperkirakan akan memangkas kontribusi pendapatan hotel tersebut menjadi hanya 4,4 persen pada 2025. Kendati demikian, setelah renovasi selesai di akhir tahun 2025, hotel ini diperkirakan kembali menjadi mesin pertumbuhan yang kuat.
SSIA memperkirakan Melia Bali akan menyumbang 72 persen dari total pendapatan sektor hotel pada 2026, mencerminkan CAGR (compound annual growth rate) sebesar 42 persen hingga 2027.
Penjualan Lahan Stabil, Patimban Jadi Daya Tarik Baru
SSIA memproyeksikan penjualan lahan di Subang Smartpolitan tetap stabil dalam kisaran 60–70 hektare per tahun. Stabilitas ini ditopang oleh prospek cerah pengembangan Pelabuhan Patimban, yang meningkatkan konektivitas kawasan industri dan menjadi daya tarik tersendiri bagi investor domestik maupun asing.
Letak strategis Subang yang dekat dengan Patimban memungkinkan integrasi logistik yang efisien, terutama bagi pelaku industri otomotif yang bergantung pada jalur distribusi ekspor-impor. Ini menjadi nilai tambah yang memperkuat daya saing kawasan industri SSIA.
Risiko Tetap Ada, Namun Valuasi Saham SSIA Menarik
Meski prospek SSIA tampak menjanjikan, investor tetap disarankan mewaspadai sejumlah risiko, antara lain tantangan dalam eksekusi proyek, potensi keterlambatan pembangunan infrastruktur, serta kemungkinan perubahan regulasi terkait investasi asing langsung (FDI).
Namun, valuasi saham SSIA dinilai masih sangat menarik. Saat ini saham SSIA diperdagangkan dengan diskon sekitar 60 persen terhadap nilai aset bersih (NAV), menjadikannya opsi menarik bagi investor jangka menengah hingga panjang.
“Melihat prospek cerah dari dua lini bisnis utama kawasan industri dan perhotelan, kami merekomendasikan BUY untuk saham SSIA, dengan target harga di Rp2.000 per saham,” tulis riset Samuel Sekuritas.
Rekomendasi ini menunjukkan potensi kenaikan harga saham SSIA sebesar 36 persen dari level saat ini, memperkuat keyakinan bahwa kinerja SSIA akan terdongkrak dalam beberapa tahun ke depan, terutama pasca masuknya BYD dan selesainya renovasi Melia Bali.
Masuknya BYD ke kawasan industri Subang Smartpolitan menjadi tonggak penting dalam perkembangan industri EV di Indonesia. Bagi SSIA, langkah ini menjadi pemicu pertumbuhan dari dua sisi sekaligus: sektor industri dan sektor perhotelan.
Dengan proyeksi penjualan lahan yang stabil, kontribusi bisnis hotel yang kembali meningkat pasca-renovasi, serta dukungan dari infrastruktur besar seperti Pelabuhan Patimban, SSIA berada di posisi yang strategis untuk meraih pertumbuhan jangka panjang.
Investor yang tertarik dengan potensi sektor kawasan industri dan properti komersial di era elektrifikasi ekonomi nasional, kini bisa melihat SSIA sebagai salah satu pilihan utama.